pile walss diaphragham walls
BAB I
PEMBAHASAN
A.
Pile Walss
Diaphragham Walls
Diafragma Wall sebenarnya adalah merupakan konstruksi dinding
penahan tanah ( retaining wall ), yang membedakan dengan konvensional retaining
wall adalah pada metoda pelaksanaan dan kelebihan lain yang tidak diperoleh
pada dinding penahan tanah sistem konvensional. Namun demikian terdapat
beberapa kelemahan yang harus diperhatikan sehingga tidak mengakibatkan
terjadinya gangguan pada saat bangunan dioperasikan.
B.
Metoda
pelaksanaan Diafragma Wall
1.
Persiapan.
Persiapan diperlukan agar pada pelaksanaan utama diafragma wall
dapat berjalan dengan baik dan lancar sehingga waktu penyelesaian pekerjaan
dapat sesuai jadwal dengan kualitas yang baik. Beberapa hal berikut adalah yang
menyangkut kegiatan persiapan.
a.
Melakukan
marking area yang akan dikerjakan diafragma wall.
b.
Jika
pada proses marking sudah benar dan mendapat persetujuan pihak yang terkait
pada proyek tersebut, maka dilanjutkan dengan membuat guide line, yaitu mengali pada
area marking dengan kedalam sekitar 100 cm dan memberikan perkuatan dengan
beton mutu rendah ( K125) dengan tebal 20 – 30 cm. Guide line ini
diperlukan agar alat pengali ( yaitu mesin Grab ) dapat mudah mengikuti
alur galian yang ditentukan .Seperti pada gambar dibawah ini.
c.
Menentukan
tempat pembuatan tulangan besi (reinforcement) jika diafragma wall dilakukan
metoda cor in situ, atau menentukan tempat perletakan untuk pemakaian precast
sistem.
d.
Menentukan
tempat pencampuran antara air dan bentonite. Campuran ini akan dialirkan pada
galian diafragma wall untuk menghindari terjadinya keruntuhan galian.
e.
Karena pekerjaan diaframa wall ini biasanya diikuti dengan
pondasi yang memakai bor pile maka harus ditentukan juga urutan kerja antara
pekerjaan diafragma wall dan bor pile agar selalu silmultan.
Keuntungan mengunakan diafragma wall.
a)
Biasanya
pada lokasi bangunan yang sangat padat ( pemukiman atau gedung lainnya ),
kendala untuk membuat basement adalah pada pekerjaan galiannya.Dengan diafragma
wall ini maka hal ini dapat diatasi, karena metoda penggalian dengan mesin grab
ini tidak akan terlalu menggangu terhadap lingkungan sekitar ( dari kebisingan,
kerawanan longsor, MAT yang turun dll ).Pekerjaan pemasangan sheet pile dari
baja yang berisik dan rawan terjadi pergeseran lapisan tanah tidak ada pada
pekerjaan difragma wall ini. Begitu juga dewatering, belum diperlukan pada
pelaksaanaan awal diafragma wall ini.Dengan demikian maka akan “ reliable”
pengunaan konstruksi diafragma wall untuk bangunan basement pada lingkungan
yang padat.
b)
Memungkinkan
tercapainya penyelesaian yang lebih cepat dibandingkan dengan metoda
konvesional karena dapat diterapkan sistem “ top-down construction”, yaitu
pekerjaan struktur ke atas dan ke bawah bisa dilaksanakan secara bersamaan.
c)
Tingkat
untuk basement bisa lebih banyak, karena dengan diafragma wall ini kedalaman
galian bisa lebih dalam dibandingkan dengan dinding penahan tanah
konvensional.
Kekurangan jika mengunakan
diafragma wall.
- Biaya konstruksi “ relative “ lebih
mahal dibandingkan metoda konvensional.
- Untuk diafragma wall dengan metoda
cor in situ, jika pekerjaan galian tidak hati-hati rawan terjadi ketidak
rataan permukaan dinding sisi dalam.
- Masih diperlukan pekerjaan injection grouting pada sambungan untuk mengatasi
kebocoran ( sistem cor in situ maupun precast ).
- Tidak
bisa diterapkan untuk pekerjaan dinding penahan tanah pada tepi tebing.
- Diperlukan tim lapangan yang
handal, untuk menjaga simultan dengan pekerjaan pondasi bore pile dan
pemasangan “king post” serta “ strutting” sebagai penahan
diafragma wall ini saat dilakukan pengalian tanah untuk sisi dalam ( yang
dipakai untuk basement).
- Persiapan sebelum ujian
1. Siapkan
lubang sedalam 65 cm untuk penusukan pertama
2. Masukan
4 buah angker ke dalam tanah sesuai letak ruangan pembenan
3. Setel
rangkah pembeban sehingga
Dalam
pembangunan setiap proyek bangunan akan mempunyai karakteristik
yang berbeda-beda antara satu proyek dengan proyek yang lain. Oleh karena itu
teknik pelaksanaaan setiap gedung tidak akan sama, hal ini sangat tergantung
dari kesulitan keadaan site, sumber daya dan waktu yang akan
menentukan dari metode pelaksanaannya.
Pada suatu proyek yang
terletak di tengah kota yang lahannya sempit dan berbatasan langsung dengan
bangunan lain atau jalan yang tidak boleh terganggu aktivitasnya memerlukan
suatu pemecahan dalam teknik pelaksanaan gedung.
Gambar 1. Toko
pakaian Feldpausch, Bahnhofstrasse 88 di Zuerich.
Seperti
pada kasus pembangunan toko pakaian Feldpausch yang terletak di tengah kota
Zuerich yang mempunyai tiga lantai di bawah permukaan tanah. Dengan
dibangunnya tiga lantai di bawah permukaan tanah maka diperlukan pekerjaan
galian tanah yang cukup dalam. Ada problem lain yang akan muncul
dengan galian terbuka yang cukup dalam yaitu tekanan tanah, beban bangunan dan
jalan dengan beban kendaraan yang lewat. Dengan kondisi site yang
demikian maka dipilih dinding diafragma (diaphragm walls) untuk
pembangunan gedung tersebut.
C.
tekanan tanah lateral dan lumpur bentonit.
a. Tekanan
tanah lateral untuk tanah kohesif.
§ Tanah urugan yang berupa tanah kohesif
seperti tanah lempung, besarnya tekanan tanah aktif menjadi berkurang.
§ Hitungan didasarkan
pada persamaan Rankine dan Coulomb dengan mempertimbangkan kondisi-kondisi
tegangan pada lingkaran Mohr.
§ Terdapat kemungkinan
bahwa galian tanah pada tanah kohesif dapat dibuat dengan tebing galian yang
vertikal.
§ Nilai negatif memberikan
pengertian adanya gaya tarik yang bekerja, dimulai kedalaman tertentu dari
permukaan.
§ Kedalaman di mana tekanan tanah aktif
total sama
dengan nol akan memberikan kedalaman retakan
tanah urugan akibat gaya tarikan.
§ Karena tanah mengalami
tarikan sampai kedalaman bc dari
permukaan, pada galian tanah-tanah yang kohesif, sering terlihat adanya retakan
disepanjang galiannya.
Gambar 2.
Galian pada tanah kohesif.
Keterangan
:
Pa = Tekanan
tanah aktif total.
Pp = Tekanan
pasif total.
H = Tinggi
dinding penahan tanah.
γ = Berat
volume tanah.
c = Kohesi.
- Retakan yang
terisi oleh air hujan dapat mengurangi kohesi dan juga menambah tekanan
lateral akibat tekanan hidrostatis.
- Faktor lingkungan
dapat mengurangi nilai kohesi dari tanah lempung, sehingga mengurangi
tinggi hc.
b.
Pengaruh
beban beban terbagi rata di atas tanah urugan.
a)
Kadang-kadang
tanah urugan di belakang dinding penahan tanah dipengaruhi oleh beban terbagi
rata.
b)
Dengan menganggap
beban terbagi rata q sebagai beban tanah setebal bs dengan berat
volume (γ) tertentu, maka tinggi lapisan ntanah bs =
q/γ.
c)
Diagram gaya
tambahan tekanan aktif akibat beban terbagi rata ini akan berupa segi empat
tinggi H dan lebar sisi q Ka.
Gambar 3. Tekanan tanah lateral akibat beban terbagi rata q.
Keterangan :
Pa = Tambahan tekanan
tanah aktif akibat beban terbagi rata.
q = Beban terbagi
rata.
H = Tinggi dinding
penahan.
Ka = Koefisien tekanan
tanah aktif.
c.
Lumpur bor
bentonit.
Bentonit
adalah istilah pada lempung yang mengandung monmorillonit dalam dunia
perdagangan dan termasuk kelompok dioktohedral. Penamaan jenis
lempung tergantung dari penemu atau peneliti, misal ahli geologi, mineralogi,
mineral industri dan lain-lain.
Bentonit
dapat dibagi menjadi 2 golongan berdasarkan kandungan aluminium
silikat hydrous, yaitu :
·
Activated clay.
Activated
clayadalah lempung yang kurang
memiliki daya pemucat, tetapi daya pemucatnya dapat ditingkatkan melalui
pengolahan tertentu.
·
Fuller's earth.
Fuller's
earthdigunakan di
dalam fulling atau pembersih bahan wool dari
lemak.
Sedangkan berdasarkan
tipenya, bentonit dibagi menjadi dua, yaitu :
- TipeWyoming (Na-bentonit
– Swelling bentonite).
Na
bentonit memiliki daya mengembang hingga delapan kali apabila dicelupkan ke
dalam air dan tetap terdispersi beberapa waktu di dalam air. Dalam keadaan
kering berwarna putih atau cream, pada keadaan basah dan terkena sinar matahari
akan berwarna mengkilap. Perbandingan soda dan kapur tinggi, suspensi koloidal
mempunyai pH: 8,5-9,8, tidak dapat diaktifkan, posisi pertukaran diduduki oleh
ion-ion sodium (Na+).
- Tipe Mg, (Ca-bentonit –
non swelling bentonite).
Tipe
bentonit ini kurang mengembang apabila dicelupkan ke dalam air, dan tetap
terdispersi di dalam air, tetapi secara alami atau setelah diaktifkan mempunyai
sifat menghisap yang baik. Perbandingan kandungan Na dan Ca rendah, suspensi
koloidal memiliki pH: 4-7. Posisi pertukaran ion lebih banyak diduduki oleh
ion-ion kalsium dan magnesium. Dalam keadaan kering bersifat rapid
slaking, berwarna abu-abu, biru, kuning, merah dan coklat. Penggunaan
bentonit dalam proses pemurnian minyak goreng perlu aktivasi terlebih dahulu.
Endapan
bentonit Indonesia tersebar di pulau Jawa,
Sumatera, sebagian di pulau Kalimantan dan Sulawesi, dengan
cadangan diperkirakan lebih dari 380 juta ton, serta pada umumnya terdiri dari
jenis kalsium (Ca-bentonit) . Beberapa lokasi yang sudah dan sedang
dieksploitasi, yaitu di Tasikmalaya, Leuwiliang, Nanggulan. Indikasi endapan
Na-bentonit terdapat juga di Pangkalan Brandan, Sorolangun-Bangko dan
Boyolali.
Gambar 4. Penambangan bentonit, bentonit dan produk di
pasaran.
Pemanfaatan Na-bentonit sebagai bahan
perekat, pengisi (filler), lumpur bor, sesuai sifatnya mampu
membentuk suspensi kental setelah bercampur dengan air. Sedangkan
Ca-bentonit banyak dipakai sebagai bahan penyerap. Untuk lumpur
pemboran, bentonit bersaing dengan jenis lempung lain, yaitu atapulgit,
sepiolit dan lempung lain yang telah diaktifkan.
Dengan penambahan zat kimia pada kondisi
tertentu, Ca-bentonit dapat dimanfaatkan sebagai bahan lumpur bor setelah
melalui pertukaran ion, sehingga terjadi perubahan menjadi Na-bentonit dan
diharapkan terjadi peningkatan sifat reologi dari suspensi mineral
tersebut. Agar mencapai persyaratan sebagai bahan lumpur sesuai
dengan spesifikasi standar, perlu ada penambahan polimer. Hal itu
dapat dilakukan melalui aktivasi bentonit untuk bahan lumpur bor.
D.
PERALATAN PELAKSANAAN DINDING DIAFRAGMA.
Peralatan-peralatan utama yang dipakai pada
pelaksanaan dinding diafragma adalah sebagai berikut ini :
o Mobile crane untuk mengoperasikan
penggalian dan pemasangan tulangan.
o Peralatan gali dinding
diafragma.
o Silo bentonit dan pompa untuk
mensuplai dan menyedot bentonit
o Dump truck untuk membawa
tanah galian ke luar site proyek.
o Concrete mixer truck untuk mensuplai
kebutuhan beton pengecoran dinding diafragma.
o Peralatan pembesian
/ penulangan konstruksi beton bertulang untuk menyiapkan
penulangan dinding diafragma.
o Peralatan konstruksi
baja penopang untuk memasang dan membongkar konstruksi baja penopang sementara
.
o Peralatan gali
tanah / excavator untuk menggali tanah pada bagian yang akan
dibangun gedung apabila dinding diafragma telah selesai.
Gambar 5. Peralatan utama pada pelaksanaan dinding diafragma.
E.
teknik pelaksanaan dinding diafragma.
Secara garis besar teknik
pelaksanaan dinding diafragma adalah sebagai berikut ini :
Ø Penggalian dengan
peralatan khusus penggalian untuk dinding diafragma.
Ø Pengisian lubang
penggalian dengan konstruksi beton bertulang.
Ø Penggalian tanah
yang direncanakan.
Ø Pemasangan penahan
sementara dari konstruksi baja.
Ø Pelaksanaan struktur
gedung.
Tahap
pelaksanaan dinding diafragma pada gedung secara terperinci adalah sebagai
berikut ini :
a.
Persiapan
alur dinding diafragma.
o Pembersihan sesuatu
yang menghalangi alur dinding diafragma. Tahap ini dapat berupa
pemotongan bagian permukaan tanah yang diperkeras atau permukaan aspal.
o Penggalian secukupnya
untuk alur dinding diafragma.
Gambar 6. Persiapan alur dinding diafragma.
b.
Penggalian
dinding diafragma.
·
Penggalian dilaksanakan
elemen demi elemen dengan peralatan khusus.
·
Penggalian dilakukan
sedikit demi sedikit sampai mencapai kedalaman tertentu yang direncanakan.
·
Untuk menghindari
keruntuhan galian karena tekanan tanah, maka lubang galian diisi dengan
bentonit. Bentonit akan menahan (memberi reaksi) tekanan tanah.
·
Bentonit akan
dialirkan dari silo ke lubang galian sesuai dengan volume galian yang dicapai.
Gambar 7. Penggalian dinding diafragma yang telah telah
terisi bentonit.
c.
Pemasangan
tulangan dinding diafragma.
o Tulangan dipasang
pada galian setelah lubang galian satu elemen selesai digali.
o Setelah tulangan dirakit,
dengan bantuan mobile crane tulangan dipasang pada
lubang dinding diafragma yang telah siap.
o Pemasangan tulangan
tidak harus sekaligus, tetapi dapat dipasang beberapa tahap sesuai dengan
kedalaman galian dan kemampuan tinggi mobile crane. Penyambungan
tulangan pada setiap tahap dengan sambungan lewatan.
Gambar 8. Pemasangan tulangan dinding diafragma.
d.
Pengecoran dinding
diafragma dengan beton.
§ Setelah tulangan terpasang
lalu beton dituangkan kedalam lubang dengan bantuan corong beton sampai
ketinggian pengecoran tertentu. Sambil dilakukan pengecoran bentonit
diatas permukaan pengecoran dipompa keluar sedikit demi sedikit.
§ Pemasangan tulangan
dan pengecoran dilakukan sekaligus atau dengan beberapa tahap sampai rata
dengan permukaan tanah.
Gambar 9. Pengecoran dinding diafragma dengan beton.
e.
Penggalian tanah.
§ Penggalian tanah
untuk bangunan gedung di bawah permukaan tanah dilakukan apabila dinding
diafragma telah selesai dikerjakan pada keliling bangunan yang direncanakan.
§ Penggalian tahap
awal sampai pada kedalaman tertentu selama dinding diafragma (tanpa penopang)
masih mampu menahan tekanan tanah.
Gambar 10. Penggalian tanah untuk gedung bawah permukaan
tanah.
f.
Pemasangan
penopang sementara dari konstruksi baja.
Apabila selama
penggalian dinding diafragma diperhitungkan sudah tidak mampu menahan tekanan
tanah, maka diafragma perlu diperkuat dengan penopang dari konstruksi
baja. Konstruksi baja dilakukan apabila dengan dengan anker
tanah prestress atau konstruksi lainnya tidak dapat dilakukan
atau lebih mahal biayanya.
o Pemasangan konstruksi
baja dimulai dari konstruksi teratas.
o Setelahkonstruksi baja teratas
selesai terpasang, dilanjutkan penggalian.
o Pemasangan konstruksi
baja dilakukan lagi dibawah konstruksi teratas.
o Penggaliandilanjutkan
lagi dan pemasangan konstruksi baja dipasang pada bagian terbawah yang direncanakan.
g.
Pelaksanaan struktur
gedung.
o Pelaksanaan struktur
pondasi dapat dimulai, apabila penggalian tanah telah selesai.
o Pelaksanaan struktur
gedung bawah tanah dikerjakan mulai dari lantai terbawah.
o Pelaksanaan struktur
gedung bawah tanah dikerjakan secara bertahap lantai demi lantai.
o Pelepasan konsruksi
baja dilakukan tahap demi tahap dengan mengikuti tahap pelaksanaan konstruksi
beton bertulang dari gedung di bawah tanah.
Gambar 12. Pelaksanaan struktur gedung di bawah permukaan
tanah
A.
MODEL SONDIR
B. DATA SONDIR
a)
Persiapan
sebelum ujian
4. Siapkan
lubang sedalam 65 cm untuk penusukan pertama
5. Masukan
4 buah angker ke dalam tanah sesuai letak ruangan pembenan
6. Setel
rangkah pembeban sehingga Pembeban berdiri vertikal
7. Pasang
manometer,untuk tanah lunak gunakan manometer
0-2 Mpa ,untuk keras gunakan manometer 0-5 mpa
8. periksa
sistem hidraulik dengan menekan piston,dan bila kurang tambahan oli untuk
mencegah terjadinya gelembung udara dan
sistem
9. tempatkan rangka pembeban,sehingga penekan
hidraulik berada tepat di atasnya
10. pasang
bolok penjemit dan kencangkan dengan memutar baut pengecang
11. sambungkan
konus ganda dengan batang dalam,dan batang dorong serta kepala pipa dorong
C. HASIL SONDIR
§ prosedur pengujian(penekanan pipa dorong)
a. dirikan batang dalam dan pipa dorong
dibawah penekan hidraulit kepada kedudukan yang tempat.
b. dorong/tarik kunci pengantur pada
kedudukan siap tekan,sehingga penekan hidraulik hanya akan menekan dorong
c. putar engkol searah jarum jam (
kecepatan 10-20mm/detik), sehingga gigi penekan dan penekan hidraulik bergerak
turun dan menekan pipa luar sampai mencapai kedalaman 20 cm sesuai interval
pengujian( gambar 1)
§ prosedur pengujian ( penekanan batang dalam )
a. pada tiap interval 20 cm lakukan
penekanan batang dalam dengan menarik
kunci pengaturan, sehingga penekanan hidraulik menekan batang dalam saja (
gambar 2 )
b. baca perlawanan konus pada manometer
saat penekanan batang dalam sedalam kira-kira 4 cm ( gambar 2 ). Dan catat pada
formulir hasil ujian penetrasi sondir ( gambar 4 ) pada kolom cw.
c. baca jumlah perlawanan geser dan
perlawanan konus pada penekanan batang ke dalam kira-kira cm yang ke 2 ( gambar
3 ) dan catat pada formulir ( gambar 4 ) pada kolom tw
d. lanjutkan pengujian pada kedalaman 20 cm
berikutnya ( ulangi ke 2 dan ke 3 ), sampai di dapat nilai perlawanan konus
yang besar ( sesuai dengan kapasitas alat sondir tersebut
e. apabila
pelaksanaan pengujian telah selesai, lanjutkan pengisian formulir hasil uji
penetrasi sondir ( gambar 4 ) sampai selesai, dan buat grafik hasil uji
sondirnya seperti contoh di bawah.
BAB
II
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Diafragma Wall sebenarnya adalah merupakan konstruksi dinding
penahan tanah ( retaining wall ), yang membedakan dengan konvensional retaining
wall adalah pada metoda pelaksanaan dan kelebihan lain yang tidak diperoleh
pada dinding penahan tanah sistem konvensional. Namun demikian terdapat
beberapa kelemahan yang harus diperhatikan sehingga tidak mengakibatkan
terjadinya gangguan pada saat bangunan dioperasikan.
Dalam
pembangunan setiap proyek bangunan akan mempunyai karakteristik
yang berbeda-beda antara satu proyek dengan proyek yang lain. Oleh karena itu
teknik pelaksanaaan setiap gedung tidak akan sama, hal ini sangat tergantung
dari kesulitan keadaan site, sumber daya dan waktu yang akan
menentukan dari metode pelaksanaannya
Posting Komentar