tugas makalah perkerasan jalan
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgfZaCc2tr86TlVMsWZ4nUbIq7PvG089TdQI1TNJILyzadwoVTNZMOjiaX0fdIc_cgJ3pUFXf7t_2fL91w2Z-0zH4zudpZTXxNCtFXq-dBn2sH-MhgtSjZprIvPysH7tmDxKmE2p_VLPhA8/s72-c/logo.png
Tugas : makalah
PERKERASAN JALAN
DISUSUN
OLEH:
AMIRULLAH
NIM. 13 630 014
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS DAYANU
IKHSANUDDIN
BAUBAU
2015
KATA
PENGATAR
Puji sukur kehadirat
Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah, Taufik dan
Hidayahnya sehingga penyusun dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dapat
dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca
dalam pendidikan analisis kontrastif.
Harapan penyusun semoga makalah ini
membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga
penyusun dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepanya
dapat lebih baik.
Makalah ini penyusun akui masih
banyak kekurangan karena pengalaman yang penyusun miliki sangat kurang. Oleh
karena itu penyusun harapkan kepada para pembaca untuk memberikan
masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
BauBau,
20 JUNI, 2014
Penyusun
DAFTAR ISI
Halam
Sampul………………………………………………………………………..... i
Kata
Pengantar……………………………………………………………………........ ii
Daftar
Isi……………………………………………………………………………...... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang…………………………………………………………………...... 3
B. Rumusan Masalah………………………………………………………………..... 3
C. Tujuan……………………………………………………………………………… 4
BAB II PEMBAHASAN
- Perkerasan jalan……………………………………………………………….
- Jenis Konstruksi Perkerasan
dan Komponennya……………………………... 5
- Fungsi lapis perkerasan …………………………………................................... 7
- Aspal Alam ……………………………………................................................ 9
- Asbuton Untuk Bahan Jalan.................................................................................. 10
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan………………....................................................................................... 11
B. Pesan dan
Kesan……………................................................................................... 11
DAFTAR
PUSTAKA………………………………………………………………… 13
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Perkerasan Jalan adalah bagian jalan raya yang diperkeras dengan lapis
konstruksi tertentu, yang memiliki ketebalan, kekuatan, dan kekakuan, serta
kestabilan tertentu agar mampu menyalurkan beban lalu lintas diatasnya ke tanah
dasar secara aman . Perkerasan jalan merupakan lapisan perkerasan yang terletak
di antara lapisan tanah dasar dan roda kendaraan, yang berfungsi memberikan
pelayanan kepada sarana transportasi, dan selama masa pelayanannya diharapkan
tidak terjadi kerusakan yang berarti. Agar perkerasan jalan yang sesuai dengan
mutu yang diharapkan, maka pengetahuan tentang sifat, pengadaan dan pengolahan
dari bahan penyusun perkerasan jalan sangat diperlukan (Silvia Sukirman, 2003).
Aspal Buton
(Asbuton) adalah aspal alam yang terkandung dalam deposit batuan yang terdapat
di pulau Buton dan sekitarnya. Dengan jumlah deposit Asbuton yang mencapai 650
juta ton, menjadikan Indonesia sebagai negara penghasil aspal alam terbesar di
dunia. Kadar aspal yang terkandung dalam Asbuton bervariasi, antara 10-40%. Ini
merupakan kadar aspal yang cukup besar dibandingkan dengan kadar aspal alam
negara-negara lain seperti Amerika
(12-15%) dan Prancis (6-10%). Namun, dengan potensi SDA yang begitu
besarnya, Indonesia masih belum bisa untuk mencukupi kebutuhan aspal dalam
negeri. Ini disebabkan karena Asbuton, sebagai bahan baku pembuatan konstruksi
jalan, masih belum banyak digunakan. Dari segi mutu, Asbuton dirasa masih kalah
bersaing dengan aspal minyak. Kadar aspal Asbuton yang bervariasi, mudah pecah,
dan harganya yang lebih mahal menjadi alasan kenapa Asbuton menjadi jarang
dipakai. Namun seiring dengan terus melonjaknya harga aspal minyak sejak 2002
lalu, maka penggunaan Asbuton saat ini dinilai lebih murah dan efisien. Asbuton
juga memiliki kelebihan, yaitu titik lembeknya lebih tinggi dari aspal minyak
dan ketahanan Asbuton yang cukup tinggi terhadap panas, sehingga membuatnya
tidak mudah meleleh. Sesuai dengan keluarnya Peraturan Menteri PU No.35/2006,
saat ini pemerintah juga bertekad untuk menggalakkan penggunaan aspal buton
(Asbuton) pada pekerjaan perbaikan, pembangunan dan peningkatan jalan di 14
provinsi tahun ini. Melihat potensi yang ada, maka saat ini dilakukan berbagai
penelitian yang bertujuan untuk bisa memaksimalkan penggunaan Asbuton di tanah
air, khususnya penggunaan Asbuton sebagai bahan baku perkerasan jalan.
B.
TUJUAN
Tujuan instruksional umum yaitu
setelah mempelajari bagian ini diharapkan kami para mahasiswa akan mempunyai
wawasan yang luas dan pengertian yang mendalam mengenai pekerjaan dan asbuton
C.Rumusan Masalah
Perkerasan jalan dan aspal buton
BAB II
PEMBAHASAN
- Perkerasan jalan
perkerasan jalan merupakan lapisan perkerasan yang terletak di
antara lapisan tanah dasar dan roda kendaraan, yang berfungsi memberikan
pelayanan kepada sarana transportasi, dan selama masa pelayanannya diharapkan
tidak terjadi kerusakan yang berarti. Agar perkerasan jalan yang sesuai dengan
mutu yang diharapkan, maka pengetahuan tentang sifat, pengadaan dan pengolahan
dari bahan penyusun perkerasan jalan sangat diperlukan
- Jenis Konstruksi Perkerasan dan
Komponennya
Konstruksi perkerasan terdiri dari
beberapa jenis sesuai dengan bahan ikat yang digunakan serta komposisi dari
komponen konstruksi perkerasan itu sendiri (Bahan Kuliah PPJ Teknik Sipil
UNDIP), antara lain:
1. Konstruksi Perkerasan Lentur (Flexible Pavement) Memakai bahan
pengikat aspal.
a.
Sifat
dari perkerasan ini adalah memikul dan menyebarkan beban lalu lintas ke tanah
dasar.
b.
Pengaruhnya
terhadap repetisi beban adalah timbulnya rutting (lendutan pada jalur roda).
c.
Pengaruhnya
terhadap penurunan tanah dasar yaitu, jalan bergelombang (mengikuti tanah dasar).
2. Konstruksi
Perkerasan Kaku (Rigid Pavement)
a. Memakai bahan pengikat semen
portland (PC).
b. Sifat lapisan utama (plat beton) yaitu memikul sebagian besar
beban lalu lintas.
c. Pengaruhnya terhadap repetisi beban adalah timbulnya retak-retak
pada permukaan jalan.
d. Pengaruhnya terhadap penurunan tanah dasar yaitu, bersifat
sebagai balok di atas permukaan.
3. Konstruksi Perkerasan Komposit (Composite Pavement)
a. Kombinasi antara perkerasan kaku
dan perkerasan lentur.
b. Perkerasan lentur diatas
perkerasan kaku atau sebaliknya.
C. Fungsi lapis perkerasan
Supaya perkerasan mempunyai daya
dukung dan keawetan yang memadai, tetapi
tetap ekonomis, maka perkerasan jalan raya dibuat berlapis-lapis. Lapis paling
atas disebut sebagai lapis permukaan, merupakan lapisan yang paling baik
mutunya. Di bawahnya terdapat lapis pondasi, yang diletakkan di atas tanah
dasar yang telah dipadatkan (Suprapto, 2004).
1. Lapis
Permukaan (LP) Lapis permukaan adalah bagian perkerasan yang paling atas.
Fungsi lapis permukaan dapat meliputi:
a. Struktural : Ikut mendukung dan
menyebarkan beban kendaraan yang diterima oleh perkerasan, baik beban vertikal
maupun beban horizontal (gaya geser). Untuk hal ini persyaratan yang dituntut
adalah kuat, kokoh, dan stabil.
b. Non Struktural, dalam hal ini
mencakup :
1) Lapis kedap air, mencegah
masuknya air ke dalam lapisan perkerasan yang ada di bawahnya.
2) Menyediakan permukaan yang tetap rata, agar
kendaraan dapat berjalan dan memperoleh kenyamanan yang cukup.
3) Membentuk permukaan yang tidak
licin, sehingga tersedia koefisien gerak (skid resistance) yang cukup untuk
menjamin tersedianya keamanan lalu lintas.
4) Sebagai lapisan aus, yaitu lapis
yang dapat aus yang selanjutnya dapat diganti lagi dengan yang baru.
Lapis permukaan itu sendiri masih
bisa dibagi lagi menjadi dua lapisan lagi, yaitu: 1) Lapis Aus (Wearing
Course) Lapis aus (wearing course)
merupakan bagian dari lapis permukaan yang terletak di atas lapis antara (binder
course).
Fungsi dari lapis aus adalah (Nono,
2007) :
a) Mengamankan perkerasan dari
pengaruh air.
b) Menyediakan permukaan yang halus.
c) Menyediakan permukaan yang kesat.
2) Lapis Antara (Binder Course) Lapis antara (binder course)
merupakan bagian dari lapis permukaan yang terletak di antara lapis pondasi
atas (base course) dengan lapis aus (wearing course).
Fungsi dari lapis antara adalah (Nono, 2007):
a) Mengurangi tegangan.
b) Menahan beban paling tinggi akibat beban lalu lintas sehingga
harus mempunyai kekuatan yang cukup.
2. Lapis Pondasi Atas (LPA) atau Base Course
Lapis pondasi atas adalah bagian
dari perkerasan yang terletak antara lapis permukaan dan lapis pondasi bawah
atau dengan tanah apabila tidak menggunakan lapis pondasi bawah. Fungsi lapis
ini adalah :
a. Lapis pendukung bagi lapis
permukaan.
b. Pemikul beban horizontal dan
vertikal. c. Lapis perkerasan bagi pondasi bawah. 3. Lapis Pondasi Bawah (LPB) atau Subbase Course Lapis
Pondasi Bawah adalah bagian
perkerasan yang terletak antara lapis pondasi dan tanah dasar. Fungsi lapis ini
adalah :
a. Penyebar beban roda.
b. Lapis peresapan.
c. Lapis pencegah masuknya tanah
dasar ke lapis pondasi.
d. Lapis pertama pada pembuatan
perkerasan.
4. Tanah Dasar
(TD) atau Subgrade Tanah dasar (subgrade)
Tanah Dasar (TD) adalah permukaan
tanah semula, permukaan tanah galian atau permukaan tanah timbunan yang
dipadatkan dan merupakan permukaan tanah dasar untuk perletakan bagian-bagian
perkerasan lainnya.
D. Aspal Alam
Aspal alam ada yang diperoleh di gunung-gunung seperti aspal di
pulau Buton, dan ada pula yang diperoleh di danau seperti di Trinidad.
Indonesia memiliki aspal alam yaitu di pulau Buton, yang berupa aspal gunung,
terkenal dengan nama Asbuton (Aspal batu Buton). Asbuton merupakan batu yang
mengandung aspal. Deposit Asbuton membentang dari kecamatan Lawele sampai
Sampolawa. Penggunaan Asbuton sebagai salah satu material perkerasan jalan
telah dimulai sejak tahun 1920, walaupun masih bersifat konvensional. Asbuton
merupakan campuran antara bitumen dengan bahan mineral lainnya dalam bentuk
batuan. Karena Asbuton merupakan material yang begitu saja di alam di alam,
maka kadar bitumen yang dikandungnya sangat bervariasi dari rendah sampai
tinggi. Untuk mengatasi hal ini, maka Asbuton mulai diproduksi dalam berbagai
bentuk di pabrik pengolahan Asbuton.
Produk Asbuton dapat dibagi
menjadi dua kelompok yaitu:
1.
Produk
Asbuton yang masih mengandung material filler, seperti Asbuton kasar, Asbuton
halus, Asbuton mikro, dan butonic mastic asphalt.
2.
Produk
yang telah dimurnikan menjadi aspal murni melalui proses ekstraksi atau proses
kimiawi.
Lapis permukaan
jalan yang dapat dibuat dari Asbuton ada beberapa (Suprapto, 2004), yaitu
1.
Seal Coat Asbuton Lapis ini merupakan campuran antara Asbuton, bahan pelunak
dan dengan perbandingan tertentu dan pencampurannya dilakukan dengan dingin
(cold mix).
2.
Sand Sheet Asbuton Lapis ini merupakan campuran antara Asbuton, bahan pelunak
dan pasir dengan perbandingan tertentu dan pencampurannya dilakukan secara
dingin/ hangat/ panas.
3.
Lapis Beton Asbuton Lapis ini merupakan campuran antara Asbuton, bahan pelunak
dan agregat dengan gradasi rapat pada perbandingan tertentu yang dilaksanakan
secara dingin/ hangat/ panas.
4.
Surface Treatment Asbuton Lapis ini seperti halnya seal coat Asbuton. Sedangkan
perbedaannya terletak pada pelaksanaanya di lapangan, yaitu di atas lapis
tersebut ditaburkan agregat single size
Berdasarkan
temperatur ketika mencampur dan memadatkan campuran, suhu pelaksanaan pencampuran
bisa dilakukan secara:
1.
Secara dingin Pencampuran dilaksanakan pada suhu ruangan. Campuran secara
dingin tidak dapat langsung dihamparkan di lapangan, tetapi harus diperam lebih
dahulu (1-3 hari) agar bahan pelunak diberi kesempatan meresap ke dalam butiran
Asbuton. Lama waktu pengeraman tergantung dari:
a.
Diameter butir Asbuton, semakin besar butiran , waktu peram makin lama.
b.
Kadar air yang terkandung dalam Asbuton.
c.
Cuaca setempat.
d. Kekentalan bahan pelunak, makin encer peresapan akan makin
cepat, sehingga lama pemeraman lebih singkat.
e.
Kadar aspal dalam Asbuton.
2.
Secara hangat dan panas. Kedua cara tersebut hampir sama kecuali:
a. Secara panas: suhu campuran
diatas 100oC
b. Secara hangat: suhu campuran
dibawah 100Oc
F. Asbuton Untuk Bahan
Jalan
Jenis-jenis
asbuton yang telah diproduksi, baik secara fabrikasi maupun secara manual pada
tahun-tahun belakangan ini adalah asbuton butir atau mastik asbuton, aspal yang
dimodifikasi dengan asbuton dan bitumen asbuton hasil ekstraksi yang
dimodifikasi. (DPU, Direktorat Jenderal Bina Marga; Buku 1: Pedoman Pemanfaatan
Asbuton, 2006).
1.
Asbuton Butir Asbuton butir adalah hasil pengolahan dari Asbuton berbentuk
padat yang di pecah dengan alat pemecah batu (crusher) atau alat pemecah
lainnya yang sesuai sehingga memiliki ukuran butir tertentu. Adapun bahan baku
untuk membuat Asbuton butir ini dapat asbuton padat dengan nilai penetrasi
bitumen rendah (<10 dmm) seperti asbuton padat eks Kabungka atau yang
memiliki nilai penetrasi bitumen diatas 10 dmm (misal asbuton padat eks
Lawele), namun dapat juga penggabungan dari kedua jenis asbuton padat tersebut.
Melalui pengolahan ini diharapkan dapat mengeliminasi kelemahankelemahan, yaitu
ketidak seragaman kandungan bitumen dan kadar air serta dengan membuat ukuran
maksimum butir yang lebih halus sehingga diharapkan dapat lebih mempermudah
termobilisasinya bitumen asbuton dari dalam butiran mineralnya.
2.
Asbuton Hasil Ekstraksi Ekstraksi asbuton dapat dilakukan secara total hingga
mendapatkan bitumen asbuton murni atau untuk memanfaatkan keunggulan mineral
asbuton sebagai
filler,
ekstraksi dilakukan hingga mencapai kadar bitumen tertentu. Produk ekstraksi
asbuton dalam campuran beraspal dapat digunakan sebagai bahan tambah (aditif)
aspal atau sebagai bahan pengikat sebagaimana halnya aspal standar siap pakai
atau setara aspal keras yang dikenal dengan Asbuton modifikasi. Bahan baku
untuk membuat aspal hasil ekstraksi asbuton ini dapat dilakukan dari asbuton
dengan nilai penetrasi rendah (misal asbuton eks Kabungka) atau asbuton dengan
nilai penetrasi tinggi (misal asbuton eks Lawele). Bahan pelarut yang dapat
digunakan untuk ekstraksi asbuton diantaranya adalah kerosin, algosol, naptha,
normal heptan, asam sulfat dan trichlor ethylen (TCE). Terdapat beberapa produk
hasil ekstraksi (refine) asbuton dengan kadar/kandungan bitumen antara 60
hingga 100%. Apabila bitumen hasil ekstraksi yang keras (penetrasi rendah) maka
untuk membuat bitumen tersebut setara dengan Aspal Keras Pen 40 dan Pen 60 dapat
dilunakkan dengan bahan pelunak (minyak berat) dengan komposisi tertentu. Hasil
ekstraksi Asbuton yang masih memiliki mineral antara 50% sampai dengan 60%,
agar dapat dimanfaatkan sebagai bahan pengikat masih memerlukan pelunak atau
peremaja sehingga yang selama ini telah digunakan dilapangan adalah dengan
mencampurkan hasil ekstraksi tersebut dengan aspal keras atau dikenal dengan
istilah “Aspal yang dimodifikasi dengan Asbuton”. Aspal Buton yang digunakan
pada penelitian ini merupakan Asbuton modifikasi yang diproduksi oleh PT.
Olahbumi Mandiri dengan nama produk Retona Blend.
DAFTAR PUSTAKA
http://eprints.undip.ac.id/34022/5/1893_CHAPTER_I.pdf
+ komentar + 1 komentar
Like
Posting Komentar